Butir-Butir Cinta

Diperut ibu aku menunggu. Di akhir penantian panjangku, saat usia kandungan ibu 9 bulan lebih 10 hari,aku pun terlahir di dunia ini. Tepatnya tanggal 24 Februari 1994. Dan saat itu pertama kalinya aku merasakan sentuhan hangat udara bumi. Aku keluar dari janin Ibu dalam kodrat sebagai seorang bayi perempuan. Dan pada usia 7 hari aku diberi nama oleh kedua orangtuaku. Nama adalah harapan orang tua untuk anaknya. Dan bayi imut itu pun diberi nama oleh kedua manusia yang saling mencintai, bayi imut itu bernama Aisyah Faiza Azzahra , nama indah nan elok itu pun terucap dan terikrar untukku. Maknanya pun sangat indah yaitu aku diharapkan bisa seperti Aisyah (istri rasulullah) dengan segala sifat-sifatnya agar aku bisa jadi pemenang sehingga aku dapat seharum bunga mawar dengan segala keelokannya.

Bayi imut itu beranjak menjadi balita. Aku pun mulai bisa bergerak lambat laun aku pun bisa berbicara. Ketika usiaku mencapai 3 tahun, Ibu pun menyekolahkannku ke Play Group. Disana aku pun mulai bisa berinteraksi dengan teman-temanku. Walaupun masih Play Group namun aku sekolah sampai siang layaknya anak SD. Ibu pun senang melihat perkembanganku.

Aku pun berusia 5 tahun dan aku naik tingkat. Aku pun naik ke tingkat Taman Kanak-kanak. Ya walau kegiatan sama seperti di Paly Group namun muatan pelajarannya sangat menarik di TK dari pada saat aku di Play Group. Karena kata Ibu aku adalah tipe anak yang tak suka diam dan aku pun anaknya super kritis. Sampai kadang kala Ibu pusing jikalau aku menanyakan hal-hal yang aneh. Ahay, sekarang aku pun jadi anak TK dan sebentar lagi aku akan masuk ke jenjang Sekolah Dasar.

“Hore......!!!!!!!!! Aku naik tingkat lagi!! Ibu Iza udah SD!!”,kataku dengan wajah sumringah.

“Iya,,nak.. Itu artinya anak Ibu cantik ini udah mulai harus lebih giat belajar lagi ya.”Kata Ibu lembut.

Hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah. Aku mengenakan baju seragam baru,sepatu baru, tas baru dan hari ini pun semuanya serba baru. Aku pun mulai mengenal satu persatu teman-temanku.

Sesampainya di rumah..

“Ayah,,, Ayah,,,, Ayah....” Teriakku dari luar.

Tak ada jawaban dari dalam. Aku pun bergegas untuk segera masuk ke dalam rumah. Tak kusangka rumah kosong tak ada satu orang pun di dalam. Ibu tidak ada entah pergi kemana, Ayah belum pulang kerja padahal seharusnya jam-jam segini Ayah sudah pulang.

“Yah,,begini nih jadi anak tunggal.. sepi...” batinku.

~ooo~

Tak terasa tahun ajaran baru tiba. Dan aku tak menyangka ternyata aku sudah duduk di bangku kelas 6. Ya aku mulai berfikir tentang kelanjutan studyku. Aku merasakan perbedaan yang begitu menakjubkan. Aku telah mengalami baligh di usia yang belia ini. Tandanya aku sudah menuju proses kedewasaan.

Aku selalu dibimbing oleh Ibu untuk tidak bergaul dengan sembarang orang, agar aku tak menjadi anak yang bandel,karena melihat sifatku yang super aktif. Dengan Ibu pula aku mulai sering curhat tentang pubertas. Ya ibu sangat mengerti tentang remaja.

Untuk menunjang adanya ujian akhir kelulusan. Jadwalku semakin padat setiap hari aku harus les. Tak perlu takut tak bisa membagi waktu, karena ibulah yang mengatur segala aktifitasku. Tak pernah pudar motivasi dari Ayah dan Ibu untukku. Mereka berdua sangat perhatian kepadaku apalagi tentang kelanjutan studyku.

Ibu selalu memberiku wejangan untuk shalat tahajud dan dluha. Setiap malampun Ibu selalu membangun aku untuk mendirikan shalat tahjud bersamanya. Aku pun mulai rajin untuk shalat tahajud. Dan Ibu juga selalu mengingatkan untuk menyelakan waktu sebelum berangkat sekolah ataupun waktu istirahat untuk shalat dluha.

Aku pun merasakan perbedaan ketika aku dulu tak tahu tentang shalat tahajud dan dluha sekarang aku menjadi tahu dan mengamalkan setiap hari. Aku berharap n rutinitasku seperti ini tak hanya terjadi ketika aku masih SD namun hingga aku dewasa aku ingin rutinitas ini tetap ada dan takkan pernah aku tinggalkan.

Dengan adanya semangad dari orangtuaku,aku semakin yakin bahwa aku bisa lulus dengan hasil maksimal UAN besok.

UAN pun tiba...

Ketika aku UAN banyak sekali dukungan moral dari berbagai piahak. Hari pertama materinya adalah matematika.Alhamdulillah aku bisa mengerjakannya.

Hari kedua, materinya adalah Bahasa Inggris. Dengan sabar dan hati-hati kita semua mengerjakan 40 butir soal tersebut. Dan alhmadulillah aku bisa menyelesaikan soal dengan teapat waktu.

Hari ketiga, adalah hari yang paling ditunggu-tunggu ya ini adalah pelajaran kesukaanku yaitu Bahasa Indonesia. Setelah soal dibagikan aku pun mengerjakan dengan khusuk karena banyak sekali soal tentang cerpen yang membuat kita larut dalam keheningan.

Hari keempat adalah hari terakhir UAN dan mata pelajaran yang diujikan adalah IPA. Dengan penuh ketelitian siswa siswi mulai mengerjakan soal.

Beberapa minggu kemudian,,,

“Alhamdulillahirabbil’alamiin,,,,” Ucapku sembari bersujud. Aku pun segera berlari ke arah Ayah dan Ibu.

“Ayah,, Ibu,, Iza lulus Peringkat 1.” Teriakku dengan muka yang berseri-seri.

“Alhamdulillah nak. Selamat ya sayang...” Ucap Ibu sembari memelukku.

“Hebat perempuan cantik ini,, Iza mau minta apa nih?? Sebagai tanda kesuksesan Iza.. Ayah nurutin dah apa yang Iza minta,,” Kata Ayah.

“Terima kasih Ayah, namun hanya 1 Iza minta dari Ayah Ibu,, izinkan Iza untuk bersekolah yang ada asramanya ya Pondok Pesantren” pintaku dengan suara pelan.

Ayah dan Ibu saling memandang. Ibu pun mencoba mencairkan suasana.

“Sudah untuk masalah kelanjutan sekolah kita bicarakan saja jika sudah sampai rumah, mendingan sekarang kita makan soto di tempat biasa gimana?? Setuju??” Kata Ibu dengan senyum manis yang terpancar.

Aku dan Ayah pun menjawab dengan kompak,”Okeylah Siap Ibu”..

Seusai makan soto. Perjalanan pun dilanjutkan ke suatu tempat yang sangat populer mana lagi kalau bukan Dunia Fantasi. Tak kusangka Ayah mengajakku kesini. Aku dan keluarga menghabiskan sisa waktu hari ini bersuka cita di Dufan.

Waktu menunjukkan pukul 20.00,aku dan keluarga pulang ke rumah. Sesampainya di rumah aku langsung bersih-bersih diri. Sehabis mandi aku beranjak menuju ruang keluarga, disana Ayah dan Ibu sudah menungguku.

“Ayah,, Ibu,,” Panggilku sembari duduk mendekati mereka.

“Eh.. Anak Ayah yang cantik ini sudah datang”, jawab Ayah.

“Langsung aja ya Nak, disini Ibu dan Ayah ingin tahu rencana kamu mau melanjutkan study kemana nak?” tanya Ibu.

“Ke pesantren tepatnya di Jogja bu.Tapio Iza belum tahu nama pesantrennya.” Jawabku singkat.

“Apa alasanmu nak?” Sambung Ayah

“Karena Iza cita-cita yang mengharuskan Iza kesana dan Iza ingin memperdalam agama.”Jawabku.

“Adakah pilihan lain selain di Jogja nak?” Tanya Ayah.

Aku hanya menggelengken kepala.

“Ya sudah kalau begitu. Saran Ayah coba Iza pikirkan kembali dan mantapkan niat Iza agar Iza tak menyesal di kemudian hari. Jika memang Iza sudah mantap dan Iza sudah tahu apa nama sekolah tersebut. Ayah dan Ibu akan segera mendaftarkan Iza.” Terang Ayah.

“Baik Ayah, malam ini Iza shalat Istikharah dulu. Nanti jika Iza sudah mempunyai jawaban pasti Iza segera bilang ke Ayah.” Jawabku.

“Ya, sudah nak jika Iza sudah ngantuk silahkan tidur sayang.” Kata Ibu.

“Ya Bu, Iza masuk kamar dulu ya” Jawabku.

Sebelum tidur aku melaksanakan shalat Istikharah terlebih dahulu untuk memantapkan niatku memilih sekolah. Sebelum tidur aku pun menyempatkan diri mencari nama sekolah yang pernah diceritakan oleh teman kecilku. Mbah Google telah menemukan sekolah tersebut, ya sekolah itu bernama Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta.Setelah menemukannya aku pun bergegas tidur.

Keesokan harinya aku bilang ke Ayah bahwa aku sudah menemukan nama sekolah yang ada di Jogja. Dan Ayahpun segera mencari informasi tentang letak dan seluk beluk sekolah tersebut.

Sepulang sekolah aku dan Ayah mengunjungi rumah Pak Erwin,teman Ayah bekerja sekaligus Aktifis Muhammadiyah. Aku banyak menanyakan tentang status sekolah tersebut dan seluk beluk sekolah tersebut. Beliau banyak mengetahui tentang Madrasah Muallimaat karena dulu beliau adalah alumni Madrasah Muallimin. Yah, Ayah semakin yakin untuk menyetujui keinginanku bersekolah di Jogja. Pak Erwin mau membantu aku dalam prosedur pendaftaran. Karena aku sudah cukup jelas dengan penjelasan Pak Erwin. Kami pun pamit untuk pulang.

Sesampainya di rumah,aku dan Ayah menceritakan hasil diskusi kepada Ibu. Respon Ibu pun sama dengan Ayah, Ibu menyetujui aku bersekolah di Muallimaat.

Hari yang ditunggu pun tiba aku dan keluarga pergi ke Joga untuk mengikuti test masuk Siswi Baru. Di jogja kami sekeluarga tinggal di sebuah Wisma dekat dengan Madrasah Muallimaat. Keesokan harinya aku mengikuti test di Madrasah Muallimaat. Sungguh luar biasa aku melihatnya. Di depan Gerbang masuk bertuliskan Madrasah Muallimaat Muhammadiyah Yogyakarta, Perguruan 6 thn untuk calon Pemimpin Putri Islam. Subhanallah satu kalimat indah itu sungguh membuat hati ini bergetar. Ya,itulah cita-citaku menjadi sosok perempuan yang bermanfaat serta dapat memimpin. Itu sebabnya aku sangat menambakan Muallimaat.

Hari pengumuman tiba. Alhamdulillah, aku diterima menjadi siswi Madrasah Muallimaat Muhammadiyah. Ucapan selamat berdatangan dari mana-mana termasuk dari Pak Erwin. Pak Erwin pun berpesan kepadaku.

Assalamualaikum Kader Muhammadiyah,,, Adinda Iza..

Bapak ucapkan selamat adinda telah menjadi siswi Muallimaat. Semoga Adinda dapat mewujudkan cita-cita mulia disana. Jangan pernah takut untuk melangkah, Adinda tanyakan sekecil apapun itu pertanyaan yang adinda tidak ketahui. Di Jogjalah tempatnya orang-orang kritis dan kreatif. Bapak harap adinda disana tetap baik-baik saja dan jaga selalu semangad adinda untuk dapat berdakwah serta menjadi anak panah Muhammadiyah. Selamat berjuang dan sukses untuk adinda. Wassalamu’alaikum.(Pak Erwin)

Dan aku pun menjawab pesan dari Pak Erwin.

Wa’alaikumussalam Pak Erwin,, Terimakasih Pak atas motivasi dan pesannya. Insyaaallah saya akan tetap jaga semangad ini. Tunggu saya Pak hingga lulus dari Muallimaat. Saya akan kembali ke Jakarta dengan pemikiran baru dan inovasi untuk persyarikatan.Dan saya akan berusaha menepati janji kepada bapak.

Pesan dari Pak Erwin membuatku semakin semangad untuk segera memulai aktifitas di Muallimaat. Segala kebutuhanku sudah tersedia dan sudah tertata rapi di asrama. Sebentar lagi akan ada FORTASI untuk siswi baru. Dan itu pertanda bahwa tahun ajaran baru akan segera tiba. Tandanya pula Ayah dan Ibu untuk pulang ke Jakarta. Dan tepat sore ini Ayah dan Ibu akan kembali ke Jakarta untuk bekerja.

“Iza sayang,Ibu dan Ayah pulang dulu ya nak. Baik-baiklah di Muallimaat dan rajinlah belajar” Ucap Ibu menahan air mata.

“Iya nak, ayah pamit dulu. Jangan lupa sering kabar-kabar rumah. Kalo mau dijenguk bilang ya nak, nanti Ibu dan Ayah pasti kesini. Semangad Putri Ayah yang cantik ini.” Kata Ayah.

“Iya Ibu, ya Ayah. Hati-hati di jalan ya. Salam untuk Pak Erwin dan teman-teman Iza di Jakarta.” Jawabku.

“Iya nak. Assalamu’alaikum”. Pamit Ibu sembari mencium kening dan pipiku.

“Wa’alaikumussalam,,,,Da.. Da... Ibu .. Dada.. Ayah”. Kataku sambil melamabaikan tangan.

Dan tak terasa tiba-tiba air mata kini jatuh membasahi pipi. Aku segera menghapusnya karena aku bukanlah perempuan yang mudah menangis. Aku pun berbalik badan dan segera masuk ke dalam asrama.

Satu persatu teman-teman berdatangan ke asrama. Aku pun banyak mengenal mereka. Rata-rata teman-temanku menangis saat malam pertama di asrama. Yah, termasuk juga aku. Aku merasa bahwa selama aku di rumah aku terlalu manja sehingga baru beberapa jam saja ditinggal orang tua aku menangis. Aku pun semakin memberontak agar aku tak lagi menangis. Karena jika aku terus menangis aku bukanlah seorang anak perempuan Cantik dan perkasa yang sering dibilang oleh Ayah. Dan jika aku menangis aku bukanlah seorang putri Penyejuk hati, seperti kata ibu padaku. Kedua pesan yang begitu indah, teringat di memoriku ketika aku masih bisa merasakan hangatnya keharmonisan keluarga. Dan kini pesan tersebut menjadi butir cinta untuk aku terus melangkah dan menghapus air mata ini.

Jauh dari orang tua bukan berarti kasih sayang dari keduanya pun jauh. Justru ketika aku di Muallimaat aku merasakan bahwa kasih sayang orang tua sangat terasa bahkan aku tak bisa mengungkapkan dengan kata-kata.

~000~

Tak terasa 5 tahun sudah aku di Muallimaat. Dan sekarang aku duduk di bangku kelas 5 IPA 1. Pada tingkat inilah pemegang kunci semua organisasi di Muallimaat. Selama aku di Muallimaat aku mengikuti organisasi yaitu PR IPM. Di IPM lah awal aku berjuang. Aku mendapatkan banyak sekali manfaat salah satunya di dalam hatiku tercipta pengabdian untuk menjadi kader.

Tak hanya menjadi IPM namun juga menjadi pendamping adik-adik kader kita di asrama yaitu menjadi mujanibah. Disini pula kita belajar banyak tentang hidup. Bagaimana ketika adik kita sakit, kita harus sigap dan tanggap. Ketika adik-adik kita ada masalah selayaknya kita berperan sebagai kakak, sahabat, ibu ataupun konselor untuk mereka agar mereka nyaman dengan kita.

Seiring dengan aku yang semakin bertambah usia. Proses pencarian jati diri punbegitu terasa. Dari aku yang tak mengenal apa itu Muallimaat hingga aku mencintai Muallimaat dan Muhammadiyah. Disinilah aku merasakan bahwa diriku sangat menghargai proses. Di Muallimaat nilai akademikku biasa saja namun aku sangat menikmati proses sosialisasi.

Bagiku belajar tak harus di lingkungan formal. Belajar bisa dimana saja dan kapan saja. Jadi, buat apa belajar dijadikan beban??. Begitu juga dengan organisasi. Organisasi adalah masalah, sehingga ketika kita memilih untuk berorganisasi kita harus siap dengan segala resiko. Sehingga apalah arti beban jika kita sudah mengerti akan maksud dan tujuannya. Malah bagiku berorganisasi adalah tempat refreshing yang paling bermanfaat. Pemikiran kita terasah, aktivitasnya jauh bermanfaat, mendewasakan pemikiran kita dan lain-lain.

Di sinilah aku banyak belajar tentang kehidupan. Bagaimana roda waktu ini berputar dan bagaimana kondisi kita. Aku bangga aku bisa sekolah di sekolah yang membentuk kepribadian yang unggul untuk seorang kader. Visi dan Misinya pun sangatlah mulia. Semakin aku dewasa curahan kasih sayang orang tua semakin besar. Ayah sempat mengirimkan pesan di e-mailku.

Assalamu’alaikum .. Putri Ayah Tercinta

Bagaimana sayang kabar Iza disana?? Iza,, sudah lama nak tidak pulang ke Jakarta. Ayah yakin pasti Iza tengah sibuk dengan segudang aktifitas. Namun, pasti hati kecil Iza rindu dengan Jakarta. Iza,, jika memang belum sempat pulang tak usah pulang. Pulanglah jika memang amanah Iza telah selesai. Ayah hanya ingin menyampaikan salam dari teman-teman Iza dan keluarga besar nak. Mereka rindu dengan Iza,, namun mereka tak mau mengganggu Iza,, sehingga tetaplah semngad ya nak.Ayah ingin mengingatkan tentang cita-cita Iza, Ayah yakin pasti Iza selalu ingat. “Jadilah orang yang Aktsaruhum naf’an...

Mungkin hanya ini nak yang Ayah ingin samapaikan. Sukses untuk putri ayah tercinta. Wassalamu’alaikum,,(Ayah)

Pesan Ayah membuatku selalu bangkit dari segala rona kegelisahan dan kesedihan yang menimpaku. Aku sangat merasakan akan cinta kasih sebuah keluarga yang selalu memberikan dukungan.

Semoga tahun depan nikmat Allah melimpah kepadaku dengan aku dinyatakan LULUS serta menjadi alumni Madrasah Muallimaat. Dan aku bisa menjadi mahasiswi dengan pribadi yang berkwalitas dan istiqamah menjadi kader persyarikatan. Amin....